
JAKARTA – Sebanyak 56 orang dirawat di rumah sakit, sebagian besar mengalami luka tembak, setelah unjuk rasa di Kenya memperingati satu tahun protes mematikan terhadap RUU pajak berakhir dengan bentrokan.
Ribuan warga Kenya turun ke jalan untuk memperingati demonstrasi tahun lalu yang menewaskan lebih dari 60 orang.
Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan mereka di ibu kota Nairobi, menurut media lokal dan seorang saksi mata Reuters.
Tidak jelas siapa yang menembak mereka, dan juru bicara kepolisian Kenya Muchiri Nyaga menolak berkomentar mengenai peristiwa tersebut.
Seorang pejabat di Rumah Sakit Nasional Kenyatta di ibu kota mengatakan pihaknya menerima puluhan orang yang terluka.
“Hingga pukul 16.00, 56 pasien telah dirawat di KNH karena luka terkait protes. Mayoritas mengalami luka tembak karet,” kata sumber rumah sakit tersebut kepada Reuters, Rabu, 25 Juni.
BACA JUGA:
Kerumunan besar terlihat menuju ke arah State House, kantor presiden, dalam tayangan yang disiarkan oleh saluran Kenya NTV sebelum akhirnya tayangan dihentikan.
“Kami telah dimatikan dari semua penyiar sinyal, sekarang kami hanya dapat siaran langsung di YouTube dan situs web,” kata seorang pejabat senior di induk NTV, Nation Media Group.
Bentrokan terpisah dilaporkan terjadi di kota pelabuhan Mombasa, menurut NTV, dengan protes juga terjadi di kota Kitengela, Kisii, Matuu, dan Nyeri.
BACA JUGA:
Meskipun protes tahun lalu mereda setelah Presiden William Ruto menarik kenaikan pajak yang diusulkan, kemarahan publik tetap ada atas penggunaan kekuatan berlebihan oleh otoritas keamanan, dengan demonstrasi baru terkait kematian seorang blogger dalam tahanan polisi.
Enam orang, termasuk tiga petugas polisi, didakwa atas pembunuhan blogger dan guru berusia 31 tahun, Albert Ojwang. Semuanya mengaku tidak bersalah.
Kematian Ojwang telah menjadi pemicu kemarahan bagi warga Kenya yang masih berduka atas mereka yang tewas dalam demonstrasi tahun lalu, yang disalahkan pada pasukan keamanan, dengan latar belakang puluhan orang hilang yang tidak dapat dijelaskan.
“Kami memperjuangkan hak-hak sesama pemuda dan warga Kenya serta orang-orang yang meninggal sejak 25 Juni, kami menginginkan keadilan,” kata Lumumba Harmony, seorang pengunjuk rasa kepada Reuters di Nairobi.