
JAKARTA – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmen pemerintah untuk membela kepentingan petani, terutama dalam hal akses air irigasi dan distribusi pupuk bersubsidi.
Hal ini disampaikan Mentan saat meninjau program Cetak Sawah Rakyat dan Optimalisasi Lahan (OPLAH) di Desa Tengah, Kecamatan Sabak Auh, Kabupaten Siak, Riau, Rabu, 23 Juli.
“Air dari alam adalah hak petani. Jangan sampai ditahan dan dipersulit. Saya minta Pak Dandim, Kapolres, Kajari, semua turun ke lapangan. Dahulukan petani, dahulukan rakyat kecil,” tegas Amran dalam keterangannya.
Dalam kesempatan itu, Mentan juga meminta Balai Wilayah Sungai (BWS) segera memperbaiki saluran irigasi yang rusak di kawasan tersebut. Menurutnya, percepatan perbaikan infrastruktur sangat krusial agar produksi pangan tidak terganggu.
“Saya minta irigasi ini segera diperbaiki, selesaikan seluruh perbaikan di area ini, langsung dikerjakan,” ujar Amran.
Selain persoalan irigasi, praktik penjualan pupuk bersubsidi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang masih ditemukan di lapangan juga menjadi sorotan Mentan.
Dia menegaskan tidak akan menolerir distributor nakal dan siap mencabut izinnya. “Negara harus hadir. Siapa yang main-main dengan pupuk, saya cabut izinnya,” ucap Amran.
Amran juga mengingatkan pentingnya keseriusan pemerintah daerah dalam memperkuat ketahanan pangan nasional di tengah ancaman krisis global. ““Kalau pangan bermasalah, negara juga bermasalah. Kita cegat dari hulu,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Siak Afni Zulkifli menyatakan kesiapan daerahnya dalam mendukung program nasional swasembada pangan. Diaa menyebutkan luas lahan sawah di Siak mencapai 4.183 hektare yang tersebar di 7 kecamatan, dengan Indeks Pertanaman (IP) sudah mencapai angka 250.
また読む:
“Pertanian adalah mimpi besar kami, dan kami telah menempatkannya sebagai visi-misi utama Pemerintah Kabupaten Siak. Hanya di Siak sawah rawa bisa panen IP 250, ini kata petani ya Pak. Ini luar biasa,” ujar Afni.
Namun demikian, Afni juga mengungkapkan tantangan utama pertanian di wilayahnya, yakni keterbatasan akses air. Dia menyoroti sumber air dari kawasan konservasi Giam Siak Kecil yang justru lebih banyak dimanfaatkan oleh perusahaan industri daripada untuk pertanian.
Sebagai solusi, Pemerintah Kabupaten Siak mengusulkan pembangunan long storage atau waduk kecil seluas 100 hektare di lahan eks-HTI. Menurutnya, jika kebutuhan air dapat dipenuhi, maka Siak berpotensi meningkatkan intensitas tanam menjadi tiga hingga empat kali setahun.