Asosiasi Ini Ungkap Biang Kerok Industri Ritel Dalam Negeri Tertekan

Asosiasi Ini Ungkap Biang Kerok Industri Ritel Dalam Negeri Tertekan


Ketua Umum Asosiasi Matahari Supplier’s Club (AMSC) Yvonne. (Theresia Agatha/VOI)

JAKARTA – Asosiasi Matahari Supplier’s Club (AMSC) menyoroti tekanan ekonomi global dan domestik yang menyebabkan tertekannya industri dalam negeri.

Ketua Umum AMSC Yvonne mengatakan, saat ini pemasok dan peritel tengah menghadapi kondisi inflasi hingga penurunan daya beli masyarakat.

“Di tengah tekanan ekonomi global dan domestik yang kian kompleks, pemasok dan peritel perlu membangun sinergi baru yang saling menguatkan agar mampu bertahan,” ujar Yvonne dalam sambutannya pada agenda AMSC Member Gathering 2025 bertajuk “Ohana Intimacy in Perfect Harmony” di Jakarta, Rabu, 23 April.

“Bahkan, tumbuh di tengah kondisi seperti inflasi, penurunan daya beli dan kompetisi digital yang semakin ketat,” sambungnya.

Di sisi domestik, kata Yvonne, daya beli masyarakat kelas menengah dan bawah diperkirakan menurun hingga 4 persen. Hal ini diperparah oleh pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Tak kalah penting, AMSC juga menyoroti tantangan internal seperti biaya ekonomi tinggi hingga mulai proses perizinan yang kompleks. “(Juga) margin usaha yang terus tergerus karena harga jual ke konsumen tidak dapat menyesuaikan dengan beban operasional,” ucapnya.

Oleh karena itu, kata Yvonne, pihaknya mendorong revolusi ekosistem ritel gaya hidup Indonesia melalui transformasi produk dan pemasaran dengan pendekatan digital dan inovatif, lalu

Pembaruan pengalaman belanja di department store agar kembali relevan bagi konsumen muda.

Kemudian, kolaborasi terbuka dan berbasis data antara produsen dan retailer, menekan biaya usaha dan efisiensi (promosi, rental dan lain-lain) serta membangun hubungan sehat antar pemangku kepentingan guna terwujudnya strategi bisnis berkelanjutan.

Selain itu, lanjut dia, AMSC juga mengajak pemerintah untuk aktif menciptakan regulasi sehat dan adil melalui penegakan hukum terhadap praktik predatory pricing dan pemberantasan impor ilegal, baik di pelabuhan maupun titik ritel.

“Dukungan terhadap inovasi produsen lokal agar bisa bersaing di pasar domestik dan global,” tutur Yvonne.

Dengan semangat kolaborasi dan sinergi, Yvonne meyakini industri ritel dalam negeri dapat tumbuh positif ke depannya dan memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *