
JAKARTA - Mengatasi masalah obesitas bukan hanya soal diet atau olahraga. Dalam kasus tertentu, prosedur medis seperti bariatrik menjadi pilihan yang efektif untuk membantu menurunkan berat badan secara signifikan dan berkelanjutan.
Menurut dr. Guadalupe Maria Melisa, Sp.BP-RE, dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi dari LightHouse Advance, prosedur bariatrik dapat menjadi solusi untuk pasien dengan obesitas yang sulit ditangani hanya melalui perubahan gaya hidup.
Bariatrik bukanlah prosedur yang sifatnya estetika, melainkan tindakan medis yang diperuntukkan bagi individu dengan obesitas tertentu. Orang awam sering menyebut tindakan ini dengan operasi “potong lambung”.
“Kriteria utama prosedur bariatrik ini mengacu pada indeks massa tubuh atau BMI (Body Mass Index),” jelas dr. Guadalupe dalam konferensi pers grand opening LightHouse Advance di MOI, Jakarta, baru-baru ini.
Umumnya, pasien dengan BMI di atas 35 sudah dapat dipertimbangkan menjalani bariatrik, terlebih jika disertai kondisi medis penyerta (komorbid) seperti diabetes tipe 2, hipertensi, atau sleep apnea.
Menariknya, pasien dengan BMI di kisaran 30–35 pun dapat dipertimbangkan jika memiliki penyakit metabolik serius, dalam hal ini disebut sebagai metabolic bariatric surgery. Namun, semua keputusan harus melalui konsultasi dan penilaian dari dokter spesialis bedah, khususnya yang berpengalaman dalam prosedur digestif.
Bariatrik bisa menurunkan berat badan dengan cepat
Penurunan berat badan yang terjadi pasca-operasi bariatrik bukan hanya karena pengurangan volume lambung semata. Ada dua mekanisme utama yang bekerja secara bersamaan.
Dokter Guadalupe menyebutkan tindakan ini dapat memberikan rasa kenyang karena kapasitas lambung pasien dikurangi.
“Prosedur bariatrik seperti gastric sleeve mengurangi ukuran lambung secara signifikan. Akibatnya, jumlah makanan yang dapat dikonsumsi jadi lebih sedikit, namun tetap memberi rasa kenyang,” tambahnya.
Kemudian ada pula efek yang sifatnya hormona. Setelah prosedur, hormon yang mengatur rasa lapar seperti ghrelin juga ikut terpengaruh, sehingga pasien merasa tidak terlalu lapar seperti sebelumnya.
“Khusus pada prosedur seperti gastric bypass, terjadi pula perubahan hormonal yang membuat proses metabolisme menjadi lebih aktif dan penurunan berat badan lebih cepat,” jelasnya lagi.
SEE ALSO:
Dalam pelaksaannya, bariatrik ini pun ada beberapa metode utama yang umumnya dipilih berdasarkan kondisi masing-masing pasien:
Gastric Sleeve (Sleeve Gastrectomy)
Bagian lambung diangkat hingga hanya tersisa sekitar 20–25% kapasitas awal. Ini membatasi volume makan sekaligus menekan hormon rasa lapar.
Gastric Bypass (Roux-en-Y Gastric Bypass)
Lambung dibuat menjadi kantung kecil yang langsung disambungkan ke usus halus. Makanan melewati sebagian besar lambung dan usus, sehingga penyerapan kalori lebih sedikit.
Gastric Balloon
Balon khusus ditempatkan di dalam lambung untuk mengisi ruang dan menurunkan nafsu makan. Prosedur ini bersifat sementara dan non-bedah.
Kendati memberikan manfaat yang efektif dalam penurunan berat badan dalam waktu singkat, prosedur bariatrik bukanlah “jalan pintas”, melainkan bagian dari penanganan komprehensif terhadap obesitas.
“Pasien tetap harus menjalani pola hidup sehat, termasuk pengaturan pola makan dan aktivitas fisik. Bariatrik membantu, tapi bukan pengganti gaya hidup sehat,” pungkasnya.
Dengan pemilihan metode yang tepat dan dukungan medis yang menyeluruh, bariatrik dapat menjadi langkah penting dalam memulihkan kualitas hidup, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan menurunkan berat badan secara konvensional dan sudah menghadapi risiko penyakit serius akibat obesitas.