Eks Vokalis AC/DC, Dave Evans Sebut Musik Rock Modern Kehilangan Kemanusiaannya

Eks Vokalis AC/DC, Dave Evans Sebut Musik Rock Modern Kehilangan Kemanusiaannya


Dave Evans (Instagram @daveevansacdc)

JAKARTA – Musik tidak melulu soal teknis. Sebagai salah satu jenis kesenian, musik juga menuntut adanya “rasa” atau biasa disebut “feel”. Setidaknya, itulah yang dikatakan vokalis orisinal AC/DC, Dave Evans.

Dalam wawancara terbaru dengan Rock111 Meksiko, Evans ditanya mengenai posisi musik rock, yang dalam beberapa tahun terakhir berada di belakang musik pop dan rap dalam arus utama.

Mencoba menjawab pertanyaan tersebut, Evans mengatakan bahwa alasan utama musik rock berada di belakang musik pop dan rap karena tidak ada lagi yang mendengarkannya.

“Alasan mengapa (rock) itu tidak besar adalah karena mereka tidak memainkannya di radio. Band rock terakhir yang dikontrak oleh label besar adalah sekitar 20 tahun yang lalu,” kata Evans.

“Saya tidak berbicara tentang metal; saya berbicara tentang rock and roll, musik rock. Tidak ada aksi rock yang dikontrak selama 25 tahun. Jadi jika orang tidak mendengarnya, bagaimana mereka bisa menyukainya?” lanjutnya.

Evans juga melayangkan autokritik untuk musisi rock saat ini. Dia menyebut lagu-lagu rock tidak lagi memiliki jiwa, jika dibandingkan dengan karya-karya dari tahun 1970-an dan 1980-an.

“Banyak musik yang cukup klinis – sangat klinis.Anda kembali dan mendengarkan band-band seperti Led Zeppelin dan Free – saat itulah Anda merasakannya, kawan. Benar-benar merasakannya,” ujar sang vokalis.

“Musik hari ini, membosankan bagi saya, karena tidak ada kemanusiaan. Tidak ada kemanusiaan dengan musik itu… Mungkin itu pintar dan cekatan dan (mereka mungkin) memainkan semua akor dan semua hal semacam itu, tetapi tidak ada rasa. Itulah kemanusiaan, kemanusiaan musik,” imbuhnya.

Evans melihat banyak musisi muda yang disibukkan dengan keterampilan teknis, namun kehilangan rasa saat memainkan instrumen musiknya. Carlos Santana dijadikannya sebagai contoh, seorang gitaris yang mampu menghipnotis orang dengan hanya memainkan satu nada.

“Orang-orang suka menontonnya (permainan dengan teknik tinggi) dan berpikir itu pintar. Setelah dua atau tiga lagu, Anda bosan setengah mati. Kemudian Anda ingin pulang. Jadi, kemanusiaan dalam musik sangat penting. Perasaan, jiwa, itulah musik,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *