Bisakah Arsenal Mengalahkan PSG atau Akan Tetap Menjadi “Nearly Team”?

Bisakah Arsenal Mengalahkan PSG atau Akan Tetap Menjadi "Nearly Team"?


Arsenal kini dihuni banyak pemain berbakat untuk mencetak sejarah buat klub (Instagram/@arsenal).

JAKARTA – Ada sebuah kutipan legendaris dari tim Liverpool era 1980-an setiap mereka memenangi trofi, terutama pada musim paceklik, “Pertama adalah yang pertama dan yang kedua tidak ada apa-apanya”.

Mikel Arteta boleh mengambil kutipan itu dan menempelkannya di dinding ruang ganti Arsenal untuk memotivasi pasukannya terhindar dari julukan “Nearly Team” yang selama ini melekat.

Ketika The Gunners menghadapi Paris Saint-Germain pada leg pertama semifinal Liga Champions di Stadion Emirates, Rabu, 30 April 2025, dini hari WIB, prospek kemenangan yang menggiurkan dalam turnamen tersebut akan menjadi satu sisi mata uang.

Sisi lainnya adalah kenyataan yang melemahkan semangat bahwa Arsenal telah mengembangkan kebiasaan untuk gagal tepat ketika mereka sangat ingin melangkah maju.

Jadi, di mana perjalanan Liga Champions mereka akan berakhir musim ini? Mencetak sejarah atau lagi-lagi gagal juara?

Sejauh sejarah turnamen sejak sudah bernama Liga Champions, pencapaian terbaik The Gunners hanya sebagai runner-up. Satu-satunya raihan itu tercipta pada edisi 2005/2006.

Jika kembali gagal juara, jelas Arsenal akan dicap lagi sebagai “Nearly Team”.

Di satu sisi, rasanya kutipan dari Liverpool tak cocok dipakai Arsenal. Soalnya, itu adalah kalimat yang mudah diucapkan oleh para pemenang sebagai mantra.

Liverpool memenangi tujuh gelar liga, empat Piala Liga, dua Piala FA, dan satu Piala Eropa (sekarang dikenal sebagai Liga Champions) selama tahun 1980-an.

Kesuksesan yang memungkinkan mereka untuk bersikap sombong. Namun, dalam kondisi terkini, hampir menang biasanya merupakan bagian dari proses.

Liverpool belajar hal itu selama tahun-tahun awal periode sembilan tahun Jurgen Klopp sebagai manajer.

The Reds tersebut finis sebagai runner-up di Liga Europa, Liga Champions, Liga Inggris, dan Piala Liga sebelum akhirnya mengangkat trofi dengan memenangi final Liga Champions 2019 melawan Tottenham Hotspur di Madrid.

Keberhasilan itu memicu banjir trofi di Anfield, dengan Liga Inggris, Piala Liga, dan Piala FA masing-masing dimenangi setidaknya satu kali oleh Klopp sebelum ia mengundurkan diri sebagai manajer musim panas lalu.

Sementara itu, Arsenal masih menunggu momen terobosan mereka di bawah Arteta. Keberhasilan Piala FA 2019/2020, saat Arsenal mengalahkan Chelsea di final selama pandemi Covid-19, setidaknya memberi Arteta trofi utama dalam daftar prestasinya.

Namun, satu-satunya anggota tim inti kala itu yang masih di klub adalah bek sayap Kieran Tierney, pemain yang akan pergi sebagai agen bebas setelah tidak lagi masuk tim utama dalam beberapa musim terakhir.

Bukayo Saka yang saat itu berusia 18 tahun, pemain pengganti yang tidak digunakan di Wembley melawan Chelsea, adalah satu-satunya pemain yang selamat dari kemenangan piala itu yang menjadi bagian dari tim baru Arteta.

Jadi, seluruh skuad The Gunners masih menunggu untuk merasakan kesuksesan bersama klub.

Tidak seorang pun dapat mempertanyakan transisi Arsenal sebagai penantang di bawah Arteta.

Mereka sekarang menjadi pesaing di setiap ajang utama dan berada di jalur yang tepat untuk mencatatkan posisi runner-up ketiga berturut-turut di Liga Inggris musim ini.

Namun, kegagalan untuk menantang gelar musim ini hanya menambah narasi. The Gunners telah bermain imbang dalam tujuh pertandingan Liga Inggris pada 2025, sama banyaknya dengan yang diraih Liverpool sepanjang musim ini.

Kemenangan agregat 5-1 melawan Real Madrid di perempat final Liga Champions merupakan pernyataan niat yang signifikan, tetapi tim Arteta kini harus mendukungnya dan memenangi sesuatu.

“Mimpi kami adalah menang, memenangi trofi-trofi besar, dan di situlah kami berada. Kami telah membalikkan keadaan dan sekarang saatnya untuk menang.”

“Kenyataannya adalah kami telah membuat begitu banyak langkah sehingga inilah saatnya untuk menang.”

“Pada akhirnya, penilaian adalah hal yang wajar karena ini adalah Arsenal. Orang-orang harus menilai apakah kami menang atau tidak. Jika Anda hampir menang, giliran Anda (menilai) di akhir,” kata Arteta kepada AS awal bulan ini.

Untuk semua kemajuan tim di bawah Arteta, sejak “Invincibles” asuhan Arsene Wenger mengukir sejarah pada 2003/2004 dengan memenangi Liga Inggris tanpa mengalami satu kekalahan pun, Arsenal hanya memenangi empat trofi, yaitu empat Piala FA.

Selama periode yang sama, Manchester City (19), Chelsea (18), Manchester United (15), dan Liverpool (10) semuanya telah mengalahkan Arsenal dengan perolehan trofi mereka.

Sejak memenangi Piala FA di bawah Arteta, Arsenal telah mencapai dua semifinal–di Liga Europa dan Piala Liga–dan kalah di kedua ajang itu, masing-masing dari Villarreal dan Newcastle United.

Arsenal difavoritkan untuk maju pada kedua kesempatan tersebut, tetapi tersingkir. Mereka juga menyerahkan posisi terdepan dalam perebutan gelar Liga Inggris 2022/2023 dan 2023/2024.

Jadi, mengakhiri paceklik trofi mereka akan melibatkan lebih dari sekadar menang di lapangan.

Jika ingin memenangi trofi, Arsenal harus mengatasi rintangan psikologis untuk menang saat tekanan dan ekspektasi berada pada titik tertinggi.

Liverpool berhasil melakukannya di bawah Klopp, dan Manchester United yang dominan di bawah asuhan Sir Alex Ferguson pada 1990-an juga harus mengatasi rasa sakit karena kegagalan sebelum akhirnya meraih kesuksesan luar biasa.

Namun, tim Tottenham asuhan Mauricio Pochettino yang terdiri dari Harry Kane, Dele Alli, Christian Eriksen, dan Son Heung-Min gagal melaju dari penantang menjadi pemenang setelah nyaris menang di Liga Inggris dan Liga Champions.

Arsenal belum menunjukkan apakah mereka akan mengikuti jejak Liverpool atau tersandung seperti Spurs.

Tim yang beranggotakan pemain berbakat seperti Saka, Declan Rice, William Saliba, dan Martin Odegaard tampaknya pasti akan meraih trofi pada suatu saat.

Hanya sjaa, hingga mereka menang, pepatah Liverpool di sisi lain akan tetap berlaku. Yang pertama adalah yang pertama, dan yang kedua tidak ada apa-apanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *