Antara Dua Kartu Suara dan Tawa di Tengah Konklaf

Antara Dua Kartu Suara dan Tawa di Tengah Konklaf


Para kardinal termasuk perwakilan dari Indonsia Kardinal Ignatius Suharyo melakukan musyawarah konklaf 2025 di Kapel Sistina, Vatikan, Kamis 8 Mei 2025 (@vaticannews)

JAKARTA – Pemilihan Paus di Vatikan dikenal penuh protokol dan kerahasiaan. Tapi siapa sangka, di balik dinding Kapel Sistina, ada momen yang membuat para kardinal tertawa.

Kardinal Ignatius Suharyo, satu-satunya wakil Indonesia dalam konklaf itu, membagikan kisah jenaka yang terjadi saat penghitungan suara. “Jumlah suara tiba-tiba 134. Padahal hanya ada 133 kardinal,” kisahnya sambil tersenyum seperti ditonton perbincangannya dengan Dubes Indonesia untuk Vatican, Michael Trias Kuncahyono pada kanal youtube trias kbrivatikan, Kamis, 15 Mei.

Usut punya usut, seorang kardinal sepuh lupa bahwa dia memegang dua kartu pemilih. Harusnya, satu untuk putaran pertama dan satu lagi untuk putaran kedua. Tapi ia memasukkan keduanya di awal.

“Enggak ada yang marah. Semua justru tertawa. Bahkan yang sepuh itu pun ikut tertawa malu,” kata Kardinal Suharyo.

Kisah kecil ini justru menjadi simbol penting. Di tengah suasana sakral, persaudaraan Gereja tetap terjaga. Tak ada ambisi, tak ada intrik. Semua berjalan damai.

Dan ketika Paus baru akhirnya terpilih, semua bertepuk tangan. Tak ada pihak yang merasa kalah. Roh Kudus terasa nyata, bukan dalam bentuk merpati, tapi dalam kesatuan hati.

“Mungkin yang di luar sulit percaya, tapi kami merasakannya. Tak ada perebutan. Semuanya berjalan mulus,” ujar Kardinal Ignatius Suharyo.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *