
JAKARTA – Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia (PERKOSMI) kembali menyelenggarakan Indonesia Cosmetic Ingredients (ICI) yang ke-14, ajang inovasi kosmetika dan bahan baku terbesar di Indonesia, yang tahun ini mengusung tema “Beauty, Innovation and Technology for the Future Trends”. Berlangsung dari 14-16 Mei 2025 di Hall D dan A3 JIExpo Kemayoran, ICI 2025 diselenggarakan dalam skala yang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya.
Salah satu kegiatan yang dikedepankan oleh ICI 2025 adalah 26 sesi seminar dan dua sesi talkshow dengan pembicara kompeten dari dalam dan luar negeri, yang membahas berbagai tren terkini dalam industri kosmetik, perawatan kulit, perawatan rambut, pembaruan regulasi, formulasi ramah lingkungan, dan berbagai topik menarik lainnya.
Ketua Umum PERKOSMI mengatakan, ICI 2025 hadir sebagai wadah untuk networking, menampilkan inovasi-inovasi terbaru serta membuka peluang bisnis baru bagi para pelaku industri kosmetika di Indonesia.
“Melalui penyelenggaraan ICI 2025, termasuk melalui sesi-sesi seminar yang diadakan setiap harinya, PERKOSMI berharap para penggiat industri kosmetika Indonesia dapat terus terkinikan dengan tren dan teknologi terbaru di dunia kosmetika, serta mampu memproduksi kosmetika yang inovatif, aman dan berstandar internasional,” ucap Sancoyo.
Ia menambahkan, industri kecantikan dan kosmetik Indonesia terus berkembang pesat, di mana produk kosmetik sendiri kini telah menjadi kebutuhan sehari-hari yang esensial, serta menjadi sumber ekonomi yang sangat penting bagi Indonesia.
Namun, tidak dapat dipungkiri jika industri kecantikan di era digitalisasi masa kini menghadapi berbagai tantangan, seperti klaim produk yang berlebihan, review dan rating yang bisa menyesatkan, hingga maraknya peredaran produk palsu dan ilegal.
“Kita, sebagai konsumen, perlu lebih bijak dalam memilih produk yang aman dan berkualitas. Diperlukan peran serta berbagai pihak, terutama pemerintah dalam mendorong komunikasi dan pemasaran yang lebih bertanggung jawab,” lanjutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ephraim Jeremia Caraen, S.H., M.Hum, Analis Perdagangan, Direktorat Pemberdayaan Konsumen Kementerian Perdagangan menambahkan, demi mewujudkan komitmen dalam perlindungan konsumen, khususnya di era digital ini, Kemendag turut mengambil peran dalam menciptakan ekosistem perdagangan yang sehat, adil, dan transparan.
“Kami juga menetapkan regulasi yang mengatur perlindungan konsumen, termasuk kewajiban serta etika pemasaran yang perlu dipatuhi oleh para pelaku usaha serta berkolaborasi dengan berbagai pihak guna mengedukasi konsumen dan menindak produk illegal,” kata Ephraim.
Seorang Content Creator yang hadir, Ilham Nur Karim juga menyampaikan, indikator seperti rating, review, dan jumlah penjualan memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan konsumen saat memilih produk kecantikan.
“Namun di era digital masa kini, indikator-indikator ini dapat dengan mudah dimanipulasi. Oleh karena itu, saya mengajak teman-teman konsumen untuk lebih cermat dalam memilih produk dengan memastikan kredibilitas produk dan tidak mudah tergiur melihat produk yang murah,” jelasnya.
BPOM
BACA JUGA:
Menanggapi hal ini, Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya BPOM, Ambar Setyorini, S.Si., Ap., menyatakn, di era digital ini, BPOM turut mengambil peran dan menerapkan berbagai langkah konkret dalam segi pengawasan produk.
“Salah satu contohnya adalah melalui kampanye ‘Bukan Kata Orang, Pastikan Kata BPOM’, di mana kami berupaya meningkatkan kesadaran dan peningkatan pengetahuan masyarakat dalam mengambil keputusan untuk membeli dan menggunakan obat dan makanan. Bagi konsumen yang masih ragu akan klaim dan kualitas produk kecantikan, ingat, ‘Bukan Kata Orang, Pastikan Kata BPOM,” tutur Ambar.