
JAKARTA – Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Ryan Kiryanto menilai, kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang cenderung pro-stabilitas tetap perlu dibarengi dengan kebijakan makroprudensial yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Bahkan ke depannya BI memberi ruang untuk terus mendorong geliat pertumbuhan ekonomi melalui relaksasi kebijakan moneter dengan melandaikan BI-Rate sekiranya ekspektasi inflasi ke depan tetap terkendali ditambah kestabilan kurs rupiah juga solid,” ujarnya dalam keterangannya, Kamis, 19 Juni.
Menurutnya saat kebijakan moneter melalui jalur BI-Rate sudah berada di jalur yang tepat, peluang untuk melanjutkan pelonggaran di sisi makroprudensial juga terbuka.
Ia menambahkan salah satu contohnya adalah pemberian insentif likuiditas kepada perbankan, sehingga ruang ekspansi kredit semakin luas dan dari sisi penawaran pembiayaan, tidak ada kendala berarti karena kondisi likuiditas secara agregat masih relatif mencukupi.
Ryan menilai tantangan yang tersisa adalah mendorong permintaan kredit dari pelaku usaha dan rumah tangga, sehingga diperlukan insentif dari sisi fiskal sebagai stimulus perekonomian.
Menurutnya kebijakan fiskal yang bersifat countercyclical atau pro-pertumbuhan menjadi sangat penting dan strategis, serta perlu selaras dengan kebijakan moneter dalam kerangka bauran kebijakan yang terkoordinasi.
“Akselerasi serapan belanja pemerintah (pusat dan daerah) harus segera dikerjakan untuk menciptakan proyek-proyek baru yang bersifat padat modal dan padat karya sehingga memantik pengusaha untuk memulai dan melanjutkan kegiatan usahanya,” tuturnya.
Ia menambahkan bahwa langkah ini diharapkan akan meningkatkan aktivitas dunia usaha serta meningkatkan permintaan kredit perbankan, sekaligus mendorong pendanaan melalui pasar modal seperti penerbitan saham, obligasi, dan surat utang lainnya yang pada akhirnya memperdalam dan memperkuat likuiditas pasar keuangan domestik.
BACA JUGA:
Selain itu, Ryan menambahkan di luar kebijakan fiskal, pemerintah juga perlu menghadirkan kebijakan lain yang mendukung terciptanya iklim pasar dan investasi yang kondusif.
“Dengan skenario yang demikian ini, diharapkan kebijakan moneter BI betul-betul efektif dalam menstabilkan nilai tukar rupiah dan ekspektasi inflasi sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.